Senin, 17 Desember 2007

Terminologi Peternakan : Bagian Kehidupan Bangsa Kita

Dalam kehidupannya sehari-hari bangsa kita ternyata sudah sangat akrab dengan urusan yang namanya peternakan. Sejak jaman baheula ternak sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, sebagai contoh sapi digunakan sebagai alat bantu pertanian, alat angkut, alat transportasi. Begitu juga kuda. Sumbangsih ternak kepada manusia sangatlah beragam mulai dari penggunaan tenaganya hingga pemanfaatan daging, telur ataupun susu sebagai bahan pangan manusia. Selain hal tersebut, ternyata manusia atau kita juga akrab dengan istilah atau terminologi yang ada kaitannya dengan ternak, namun kebanyakan artinya menggambarkan hal-hal yang kurang baik atau negatif.

Beberapa istilah atau terminologi yang menggunakan ternak sebagai gambaran subyek (pelaku) atau obyek dari suatu keadaan banyak sekali digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Istilah-istilah tersebut antara lain seperti :


1. Adu domba

Domba diadu biasanya banyak penontonnya, ramai, meriah dan seru. Adu domba dalam arti sesungguhnya banyak dilakukan di Garut, Jawa Barat. Domba yang diadupun biasanya bukan domba Garut jantan biasa, namun terpilih dan dipelihara secara khusus pula. harga domba adu biasanya cukup mahal apalagi yang jadi jawara lebih mahal lagi.

Namun bagaimana dengan istilah "adu domba". Adu domba yang ini makin hari makin marak saja apalagi lagi musim namanya menjelang pilih-pilih calon penguasa baik level desa, kabupaten, kota, propinsi bahkan negara. Bedanya, bukan ternak domba yang diadu tapi kita-kita manusia. Pelakunya sering kita sebut dengan nama provokator, aktor intelektual dll,. Akibatnya dapat saja satu golongan (suku, ras, agama, kelompok dll) saling seruduk, bertanding satu sama lain..si tukang adunya bersorak dan gembira persis saat nonton adu domba Garut. Bagaimana hasil akhirnya ?. Biasanya para domba aduan tidak ada yang menang atau diuntungkan,..yang ada adalah luka, kebencian, dendam dsbnya antar satu golongan dengan yang lain tanpa atau sulit untuk berkesudahan. Nah, selanjutnya mengapa kita-kita dianggap atau diasosiasikan sebagai domba?. Yang satu berantam, yang lainnya ikut-ikutan, padahal awalnya yang berantam atau yang diadu hanya satu pihak ?. Barangkali ada sifat domba yang ditiru disini yakni solider sama teman,..coba perhatikan jika siangon ingin mengeluarkan dombanya dari kandang tidak perlu mendorong atau menarik satu persatu,..cukup yang paling tua atau dominan saja yang dituntun (bisa induk atau pejantan), yang lainnya ??...ngintil semuanya. Satu dinaikin truk yang lain ngikut....teknik maling domba. Makanya jika tidak ingin dianggap domba, jangan mudah diadu-adu. Berpikir atau menganalisa sesuatu hal atau masalah secara lebih arif dan mendalam barangkali perlu kita dilakukan dengan mengacu kepada kepentingan yang lebih bermanfaat bagi banyak orang. Waspadalah para domba..


2. Kambing Hitam


Kambing hitam disini bukan diartikan kambing yang warna bulunya hitam total seperti sapi Angus atau ayam Cemani itu, walaupun jika dicari mungkin diketemukan kambing yang warna bulunya hitam polos..menurut info di Kabupaten Purworejo telah dilakukan upaya mengumpulkan kambing-kambing hitam yang akan dijadikan ternak khas daerah tersebut. Kambing hitam biasanya menggambarkan penyebab terjadinya kondisi atau situasi tertentu, yang pada umumnya merugikan atau dinilai merugikan baik. Mengapa harus hitam,??...belum ada penjelasan yang masuk akal untuk itu, barangkali warna hitam ada hubungan dengan kejelekan, kejahatan dan sebagainya. Namun kenapa harus kambing ?. Inipun belum ada penjelasan resminya mengapa jenis ternak ini yang dipakai...barangkali karena kambing atau si embeek ini bau prengus..., suka nyeruduk??. Masalahnya, istilah kambing hitam juga sering digunakan untuk menyalahkan pihak lain padahal belum tentu yang dituding sebagai penyebabnya. Biasanya si tukang adu domba juga pakai jurus ini...akibatnya si kambing hitam jadi merana. Untuk itu sifat suuzhon kita hendaknya dikurangi agar populasi kambing hitam tidak jadi makin banyak....kasihan nanti akhirnya jadi sembelihan.











Rabu, 12 Desember 2007

Humor 1 : Nonton Kontes Ternak

Suatu hari sepasang suami istri separuh baya setelah berbelanja di pasar mampir pada sebuah lapangan yang sedang diadakan pameran dan kontes ternak ruminansia. Pameran dan kontes ternak tersebut diselenggarakan oleh dinas terkait bekerjasama dengan pihak swasta dalam rangka peringatan hari pembangunan peternakan. Sambil setengah memaksa, sang istri mengandeng (tepatnya setengah menyeret) suaminya masuk dalam sebuah stand yang memamerkan sapi-sapi pejantan unggul. Sang suami yang tadinya asyik memperhatikan ayam hias sambil merengut mengikuti istrinya mendengar penjelasan si penjaga stand.

"Sapi ini harganya mahal bu, bukan seperti sapi jantan lokal, ..harganyapun mencapai 30 juta rupiah per ekor" jelas sang penjaga sambil mengelus kepala seekor sapi pejantan yan ada didekatnya. "Wuuiih, mahal amat mas !... apa sih kelebihannya sampe harganya mahal begitu " tanya si istri

"Selain penampilannya yang gagah, berotot, punya tongkrongan pejantan tangguh...sapi jantan ini mampu kawin hingga 3 kali sehari, bu " kata si penjaga kepada suami istri tersebut.

Mendengar penjelasan tersebut, sang istri sambil menyikut suaminya berkata " nah mas..itu baru sapi mahal" sambil sedikit monyongkan bibir. Sang suami yang mungkin merasa kenapa gitu, mendorong si istri segera keluar dari stand tersebut menuju stand sebelah yang kebetulan juga memamerkan sapi unggul. Sang penjaga stand yang berdiri di depan segera mendekati sambil bertanya " ada yang perlu saya jelaskan, bu ?". Sang istri sambil manggut-manggut bertanya" ini sapi unggul ya mas, keunggulannya apa dan mahal nggak harganya ?". Sambil tersenyum lebar si penjaga stand menjelaskan bahwa sapi tersebut jenis sapi unggul dari Eropa dan digunakan pemacek, harganya bisa mencapai 100 juta per ekor". " Wuuuuuuih, si istri sedikit kaget mendengar penjelasan tersebut, roman mukanya agak berkerut membayangkan mahalnya harga sapi tersebut. Sebelum sang istri bertanya lagi, sang suami mendahului bertanya kepada penjaga stand " selain hal-hal tadi, keunggulannya apa sih sapi ini mas ?". Jelas penjaga stand " O, sapi ini luar biasa pak.., bisa kawin sampai 5 kali sehari ".

Belum sempat si suami menanggapi, terdengar komentar sang istri " Naah, itu lho pak namanya sapi mahaaal...ya begitu mas? ". " Iyalaah bu, mari kita nonton yang lain " jawab si suami sambil tak lupa mengucapkan terima kasih kepada penjaga stand tersebut. Namun kira-kira 4 langkah, sang suami balik badan sambil bertanya kepada penjaga stand, .. "Maaf mas, tadi katanya sapi ini bisa kawin sampai 5 kali sehari ya?....ngomong-ngomong betinanya 1 atau lebih?". Jawab si penjaga stand " lebih dari 1 pak !!!".....Sambil menoleh ke sang istri, si suami berkata " Naaaah, itu baru pejantan bu ! ". Sambil merengut sang istri mengeret suami untuk segera keluar dari stand, " pulang pak !..nagapain lama-lama nonoton kayak ginian. Tinggallah si penjaga stand yang nyengir kuda.

Selasa, 11 Desember 2007

PRODUKSI KAMBING BOERAWA DI LAMPUNG (Sebuah langkah awal membangun komoditi unggulan)

Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina. Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan Boerawa yakni singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung khususnya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan dibeberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Timbulnya upaya mengembangkan kambing Boerawa di Lampung, sebenarnya didasari oleh makin rendahnya harga kambing-kambing PE milik kelompok-kelompok tani ternak wilayah Gedong Tataan Lampung Selatan. Selama ini kambing PE lebih banyak dijual sebagai kambing bibit dengan konsumen peternak dari luar propinsi seperti Bengkulu, jambi, Sumatera Barat hingga Aceh, namun entah bagaimana 3 tahun terakhir ini permintaan bibit kambing PE dari lokasi-lokasi tersebut makin berkurang dan oleh pemiliknya banyak dijual sebagai kambing potong. Sebagai kambing potong, nilai jualnya dihargai atau dinilai berdasarkan bobot badannya. Hal itu tentunya merugikan peternak dikarenakan postur tubuh kambing PE tidak banyak memiliki daging yang tebal, namun cenderung kurus dan tinggi. Sehingga pendapatan atau harga yang diterima peternak dirasakan tidak sebanding dengan kualitas ternak yang dijual tersebut. Sebagai kambing bibit, harga kambing PE relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebagai kambing potong. Harga jual kambing bibit makin tinggi jika kualitas ternak yang dijual makin bagus.
Turunnya harga ternak kambing sempat menyebabkan menurunnya motivasi kelompok untuk mengembangkan ternaknya. Namun terkadang muncul pertanyaan, mengapa harga jual kambing PE di wilayah tersebut mengalami penurunan ?. Beberapa hal yang mungkin saja menjadi penyebabnya, antara lain : -1) Daerah atau wilayah-wilayah yang selama ini membeli kambing PE bibit tidak lagi membeli dikarenakan sudah mampu menghasilkan kambing PE sendiri sehingga dirasakan tidak atau kurang perlu mendatangkan kambing PE dari luar daerah,. -2) Kualitas kambing PE yang ada di Gedong Tataan kalah bersaing dengan daerah lain, sehingga konsumen lebih memilih mendatangkan kambing dari daerah-daerah tersebut.
Salah satu upaya pemecahan masalah diatas tadi adalah dengan mengembangkan dan mengenalkan kambing potong yang memiliki produksi daging yang lebih tinggi melalui upaya persilangan. Memperhatikan dari hasil penelitian, pengamatan dan lainnya (studi literatur, studi banding), Dinas Peternakan Propinsi Lampung mencoba menghasilkan kambing silangan Boer dengan PE. Latar belakang pemikirannya adalah mendapatkan sifat produksi daging yang tinggi dari kambing Boer dan memperoleh penampilan tubuh yang tinggi dan panjang dari kambing PE, sehingga diharapkan diperoleh kambing yang gempal namun berpostur besar dan tinggi. Selain aspek tersebut, hal lain yang mendasari penggunaan kedua jenis kambing tersebut adalah kemampuan beradaptasi dengan aspek lingkungan yang tinggi.
Upaya mengembangkan ternak kambing hasil persilangan ini mendapat respon yang baik dari peternak maupun dari instansi terkait didaerah. Sejak 2 tahun terakhir, program pengembangan kambing Boerawa banyak dilakukan dibeberapa kabupaten /kota di Lampung. Sebagai contoh Kabupaten Tanggamus telah mencanangkan diri sebagai daerah kambing Boerawa.
Sebagai suatu upaya meningkatkan produktifitas kambing lokal, persilangan untuk menghasilkan kambing Boerawa perlu didukung dan ditindak lanjuti secara terukur. Maksudnya adalah dengan tetap memperhatikan kaidah-kaedah teknis perbibitan ternak sehingga dapat diperoleh kambing persilangan yang benar-benar memiliki performans dan nilai genetik yang tinggi. Persilangan bagaimanapun bentuknya, sebagai suatu cara atau metode perbaikan mutu genetik ternak hendaknya mengacu kepada kaidah-kaidah perbibitan dan pembibitan ternak. Harapannya adalah untuk memperoleh mutu genetik yang lebih unggul dan menghindari hal-hal yang merugikan seperti terjadinya inbreeding dan sebagainya. Hal tersebut tentunya diaplikasikan dalam bentuk tatalaksana pemeliharaan yang baik, sistim perkawinan dan seleksi yang benar hingga penetapan standar/kelas kambing Boerawa.
Selama ini Boerawa diartikan kambing silangan antara pejantan Boer dengan betina PE, batasan apakah harus menggunakan betina PE berkelas ataupun PE jenis rambon belum ditetapkan secara jelas, begitu juga dengan penggunaan istilah Boerawa . Sebutan Boerawa selama ini ditujukan untuk ternak turunan yang jantan saja, entah berasal dari hasil persilangan pertama ataupun hasil backcrossnya. Kedepan nampaknya diperlukan upaya-upaya yang lebih terfokus dalam menyusun rancangan peningkatan mutu genetik secara terukur dan terancang. Arti terancang disini adalah adanya desain ataupun saemacam cetak biru pola atau bentuk dari pemuliaan yang hendak dilakukan, sedangkan terukur dimaksudkan dapat diamati hasil dari upaya tersebut dengan tingkat performance atau kualitas yang lebih baik. Koordinasi dan kerjasama antara beberapa pihak terkait barangkali dapat menghasilkan program yang lebih komprehensif dan aplikatif ( Dinas peternakan, perguruan tinggi dll). Desain, cetak biru ataupun rancangan program pengembangan kambing Boerawa hendaknya disusun dengan tetap mengedepankan kaidah-kaidah pemuliaan, aplikatif dan dapat digunakan sebagai acuan teknis dalam produksi kambing Boerawa di lapangan.
Akhirnya, upaya pengembangan kambing Boerawa di Lampung yang merupakan langkah awal dalam mendorong berkembangnya usaha peternakan bagi petani perlu didukung secara lebih maksimal, tentunya peran pemerintah melalui dinas teknis terkait harus lebih responsif dalam menanganinya melalui program-program yang lebih efektif, berhasil dan berdaya guna.

BOERAWA : Kambing daging rendah kolesterol

Selama ini daging kambing identik dengan kolesterol tinggi sehingga banyak orang mulai mengurangi ataupun berpantang mengkonsumsinya, khususnya bagi yang memiliki penyakit darah tinggi, asam urat, jantung bahkan yang merasa takut gemuk. Mengkonsumsi daging kambing untuk orang-orang yang termasuk dalam golongan tadi dianggap mencari penyakit atau masalah saja, sehingga tidak heran mereka lebih memilih jenis daging lain ataupun masakan lain yang bukan daging kambing ketika menghadiri pesta ataupun kondangan. Padahal hampir tiap minggu adasaja undangan hajatan ataupun pesta.

Adanya anggapan bahwa daging kambing merupakan sumber kolesterol membuat konsumsi daging ternak ini menjadi terbatas baik dari segi olahan maupun konsumennya. Daging kambing umumnya hanya diolah menjadi sate, gulai maupun tongseng dan biasanya hanya tersedia pada rumah makan dan warung-warung sate ( itupun banyak diganti dengan daging domba yang harganya lebih murah namun kolesterolnya lebih tinggi) atau hanya pada saat hajatan, pesta ataupun kondangan. Konsumennyapun terbatas pada orang-orang yang memang menyukai daging kambing. Pertanyaan yang timbul kemudian apakah memang benar daging kambing memiliki kandungan kolesterol yang tinggi ?.